
Pada September 1945, Presiden
menginstruksikan untuk mengambil-alih instansi pemerintahan dari Jepang.
Arie Frederik Lasut ikutserta dalam pengambilalihan jawatan geologis
dari Jepang yang berhasil dilakukan dengan damai. Kantor jawatan
terpaksa harus dipindah beberapa kali untuk menghindari agresi Belanda
setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Kantor jawatan sempat
pindah ke Tasikmalaya lalu Magelang, dan Yogyakarta dari tempat awalnya
di Bandung
. Sekolah pelatihan geologis juga dibuka selama kepemimpinan
Arie Frederik Lasut sebagai kepala jawatan saat itu.
Selain usaha Lasut di jawatan, Arie
Frederik Lasut turut aktif dalam organisasi Kebaktian Rakyat Indonesia
Sulawesi (KRIS) yang memiliki tujuan untuk membela kemerdekaan Republik
Indonesia. Lasut juga adalah anggota Komite Nasional, awal mula dewan
perwakilan di Indonesia.
Lasut terus diincar oleh Belanda karena
pengetahuannya tentang pertambangan dan geologi di Republik Indonesia,
tetapi Arie Frederik Lasut tidak pernah mau bekerjasama dengan Belanda.
Pada pagi hari tgl 7/5/1949, Lasut diambil oleh Belanda dari rumahnya
lalu dibawa ke Pakem, sekitar 7 km di utara Yogyakarta. Di sana Lasut
ditembak mati. Beberapa bulan kemudian jenazah Lasut dipindahkan ke
pekuburan Kristen Kintelan di Yogyakarta di samping isterinya yang lebih
dulu meninggal pada bulan Desember 1947. Upacara penguburan dihadiri
oleh pejabat presiden pada saat itu, Mr. Assaat,.
Arie Frederik Lasut mendapat penghargaan Pahlawan Pembela Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tgl 20/5/1969.
0 comments:
Post a Comment