Jenderal Soedirman
(Ejaan Soewandi: Sudirman) (lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga,
Jawa Tengah, 24 Januari 1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29
Januari 1950 pada umur 34 tahun) adalah seorang pahlawan
nasional Indonesia yang berjuang dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai seorang
komandan dan Jenderal Indonesia di pertama dan termuda. Pada usia 31
tahun Soedirman telah menjadi seorang jenderal. Meskipun menderita TBC
paru-paru yang parah, Jenderal Soedirman tetap dalam perang gerilya
kemerdekaan Indonesia pertahanan. Pada tahun 1950 ia meninggal karena
TBC dan dimakamkan di Pemakaman Pahlawan di semaki Negara Kusuma,
Yogyakarta.
Kemenangan Sekutu atas Jepang dalam
Perang Dunia II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke
kepulauan Hindia Belanda (sekarang Republik Indonesia),
bekas koloni
yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya. Setelah penyerahan tentara
Jepang, Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti pasukan
Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara NICA dari
Belanda yang ingin mengambil kembali Indonesia sebagai koloni.
Mengetahui hal ini, TKR terlibat dalam banyak pertempuran dengan pasukan
Sekutu.
Perang besar pertama adalah perang yang
dipimpin Jenderal Soedirman Palagan Ambarawa melawan NICA Inggris dan
Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Pada
bulan Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman
berperang melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12
Desember 1945, Jenderal Soedirman melancarkan serangan secara serentak
terhadap semua British kedudukan tertinggi Ambarawa. Terkenal
pertempuran yang berlangsung selama lima hari berakhir dengan penarikan
pasukan Inggris ke Semarang. Perang berakhir pada tanggal 16 Desember
1945.
Setelah kemenangan di Sudirman Ambarawa
Theater, pada tanggal 18 Desember 1945 ia diangkat sebagai General oleh
Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui
akademi militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.
Ketika II Agresi Militer Belanda,
memindahkan ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta, karena Jakarta
telah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk
membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948.
Pemberontakan, Sudirman adalah dalam sangat lemah karena TBC yang
dideritanya sejak lama. Meski begitu dia pergi melompat ke dalam
pertempuran dengan pasukannya dalam keadaan sedang dilakukan, memimpin
tentaranya untuk tetap dalam perang melawan tentara Belanda di gerilya.
Penyakit Jenderal Soedirman sementara di
Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya satu
tinggal karena sakit. Yogyakarta kemudian dikuasai oleh Belanda,
meskipun Indonesia diperintah oleh militer setelah Serangan Umum 1 Maret
1949. Pada saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa
anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi
genting, kruk Soedirman kiri dengan pasukannya dan kembali ke perang
gerilya. Dia bergerak di sekitar selama tujuh bulan dari satu hutan ke
hutan lain, dan dari gunung ke gunung sakit dan lemah dan dalam keadaan
pengobatan hampir tidak ada dan perawatan medis. Meski masih ingin
memimpin perlawanan, akhirnya Jenderal Soedirman pulang dari kampanye
gerilya untuk kondisi kesehatan tidak memungkinkan dia untuk memimpin
Angkatan Bersenjata secara langsung. Setelah itu baru sosok perencana
Jenderal Soedirman belakang layar dalam kampanye gerilya melawan
Belanda.
Setelah penyerahan Belanda sebagai
kepulauan Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di
Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta dengan Presiden Soekarno
dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Tautan yang berkaitan :
Pahlawan Nasional Basuki Rahmat
Pahlawan Nasional Jenderal Ahmad Yani
Pahlawan Nasional Indonesia Ahmad Dahlan
Tautan yang berkaitan :
Pahlawan Nasional Basuki Rahmat
Pahlawan Nasional Jenderal Ahmad Yani
Pahlawan Nasional Indonesia Ahmad Dahlan
0 comments:
Post a Comment