Lompat batu atau hombo batu sudah
dilakukan sejak jaman para leluhur untuk berlatih perang karena seringnya terjadi perang antar suku. Seiring berkembangnya
jaman, tradisi ini turut berubah fungsinya. Karena jaman sekarang mereka sudah
tidak berperang lagi maka tradisi lompat batu digunakan bukan untuk perang lagi
melainkan untuk ritual dan juga sebagai simbol budaya orang Nias. Tradisi
lompat batu adalah situs budaya untuk menentukan apakah seorang pemuda di Desa
Bawo Mataluo dapat diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum. Para
pemuda itu akan diakui sebagai lelaki pemberani apabila dapat melompati sebuah
tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari dua meter.
Ada upacara ritual khusus sebelum
para pemuda melompatinya. Sambil mengenakan pakaian adat, mereka berlari dengan
menginjak batu penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat melewati bangunan
batu yang tinggi tersebut. Sekarang ini, sisa dari tradisi lama itu, telah
menjadi atraksi pariwisata yang spektakuler, tiada duanya di dunia. Berbagai
aksi dan gaya para pelompat ketika sedang mengudara. Ada yang berani menarik
pedang, dan ada juga yang menjepit pedangnya dengan gigi.
Mungkin anda berpikir Melompati
batu tersebut mudah. Tentu tenrgantung kemampuan anda tapi anda harus tau kalau
batu tersebut lumayan tinggi dan bukan hanya sekadar melampaui susunan batu
tapi juga harus memiliki teknik yang baik agar terhindar dari cidera. Yang
dinilai dalam lompat batu ini adalah cara mendarat pelompat tersebut. Dan jika
mendarat dengan cara yang salah, kemungkinan cedera otot atau bahkan patah
tulang bisa saja terjadi. Ketika anda berkunjung ke Pulau Nias pasti anda akan
menjumpai cukup banyak susunan batu yang digunakan untuk tradisi lompat batu.
0 comments:
Post a Comment