Sunday, January 20, 2013

Surga di Balik Awan Gunung Rinjani

Menjulang tinggi di Pulau Lombok, gunung tertinggi di tanah Lombok ini menyuguhkan panorama alam yang luar biasa berikut tantangan seru bagi para petualangan yang ingin menemukan segala keindahan dan pesonanya.
Gunung...
Menjulang tinggi di Pulau Lombok, gunung tertinggi di tanah Lombok ini menyuguhkan panorama alam yang luar biasa berikut tantangan seru bagi para petualangan yang ingin menemukan segala keindahan dan pesonanya.
Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat memang hanya salah satu dari sekian banyaknya gunung api yang milik Nusantara. Akan tetapi, gunung tertinggi di Bumi Lombok ini memiliki keistimewaan tersendiri, yang tidak bisa ditemukan pada gunung lainnya.
Untuk menemukan “surga” Rinjani memang ada sejumlah “syarat”
yang harus dipenuhi. Selain motivasi yang tinggi, fisik juga jadi faktor penentu. Artinya, walaupun seseorang memiliki motivasi yang kuat, tapi bila tidak didukung tubuh yang fit, maka jangan harap untuk bisa mendapatkannya.
Pagi itu, bersama dengan pemandu dari Lombok Network, salah satu trekking organizer kami ke Desa Sembalun. Desa mungil di Kabupaten Lombok Timur ini adalah desa terakhir, sekaligus titik awal pendakian Gunung Rinjani. Perjalanan ini ditempuh 4 jam dari Senggigi atau Mataram.
Lawang Sembalun alias Desa Sembalun adalah salah satu “gerbang” untuk memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Sedangkan gerbang lainnya adalah Lawang Senaru, di Lombok Utara yang lokasinya lebih dekat dari Senggigi atau Mataram, dimana hanya 3 jam perjalanan darat.
Walau demikian, rute pendakian yang dipilih justru memiliki nilai tersendiri. Selain bisa lebih jelas mengetahui seluk beluk Rinjani, pengalaman yang didapatkan tentu akan lebih banyak dan bervariasi dibanding menggunakan mendaki dan turun melewati rute yang sama.
Gunung Rinjani merupakan salah gunung api di Nusa Tenggara Barat yang ditetapkan sebagai Taman Nasional pada tahun 1997 oleh pemerintah. Kawasan ini memiliki bentangan alam yang sangat indah dimana terdapat sebuah sebuah danau yang dikenal dengan Segara Anak, yang berarti “Laut Kecil”.
TNGR memiliki peranan yang penting dalam ekosistem di Nusa Tenggara. Kawasan ini menjadi rumah bagi beragam flora. Sebut saja Dedurenan (Aglaea Argentea), Bayur (Pterospermum Javanicum), Beringin (Ficus Benjamina), , Keruing (Dipterocarpus Hasseltii), Rerau (D. Imbricatus), Cemara Gunung (Casuarina Junghuniana) dan Eidelweis (Anaphalis Javanica), termasuk beragam jenis anggrek endemik, seperti Perisstylus Rinjaniensis dan P. Lombokensis.
Tak hanya kaya dari sisi flora, TNGR juga menjadi “rumah” bagi sejumlah satwa liar. Selain beragam jenis rusa, kera, dan burung, di kawasan ini juga terdapat Musang Rinjani (Paradoxurus Hemaprhoditus Rinjanicus) yang merupakan satwa khas Lombok.
Yang sangat membanggakan, TNGR berhasil meraih “The World Legacy Award 2004” untuk kategori Destination Stewardship, sebuah penghargaan berskala internasional yang diberikan oleh Conservation International dan National Geographic Society (lembaga dan komunitas pemerhati lingkungan terkemuka di dunia).

Kisah Sang Putri
Bagi masyarakat Lombok atau Suku Sasak (suku asli Lombok), Gunung Rinjani juga memiliki arti tersendiri. Gunung yang menjulang setinggi sekitar 3.726 meter dari laut ini masih menyimpan sejumlah legenda yang masih dikisahkan sampai sekarang.
Salah satu legenda yang paling populer adalah tentang Dewi Anjani. Dikisahkan, Dewi Anjani adalah seorang putri Raja Selaparang, Raja besar di Lombok. Dewi Anjani adalah hasil dari pernikahan sang raja dengan mahkluk halus yang bermukim di Gunung Rinjani ketika ia memohon hujan bagi daerahnya yang tengah dilanda kekeringan yang panjang. Dewi Anjani dipercaya sebagai penguasa Gunung Rinjani sampai saat ini.
Sampai saat ini Suku Sasak dan Hindu Dharma di Pulau Lombok masih melakukan ritual Mulang Pekelem (memohon hujan kepada Dewi Anjani) di kawasan Gunung Rinjani, tepatnya ke Danau Segara Anak. Mereka memberikan persembahan berupa replika berbagai macam satwa air dari emas, yang ditenggelamkan ke dalam danau.

Dihadang Bukit Penyesalan
Hangatnya cahaya mentari pagi menemani jalannya pendakian di hari pertama. Setelah melalui kawasan pemukiman dan perkebunan, medan yang dilalui berubah, menjadi padang sabana yang luas. Di kejauhan, nampak segi tiga raksasa yang berdiri angkuh mencakar langit, yang tak lain adalah Gunung Rinjani.
Selepas Pos 1, jalan setapak yang membentang mulai terasa kurang bersahabat. Makin sering tanjakan yang menghadang. kondisi ini memaksa paru-paru harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan oksigen.
Kondisi semakin berat setelah melintasi Pos 3. Setidaknya terdapat 3 bukit yang harus dilalui dengan medan yang kemiringannya sangat ekstrim.
Di rute ini terdapat sebuah bukit yang dikenal dengan “Bukit Penyesalan”. Banyak sudah pendaki yang merasa menyesal karena beratnya medan yang harus dilalui. Tanjakan – tanjakan yang menghadang sangat menguras energi dan emosi serta membuat pendaki kerap tertipu dan frustasi.
Setiap pendaki yang telah memutuskan untuk lanjut harus mampu berjalan hingga di pos berikutnya, yakni Plawangan 2 atau Plawangan Sembalun. Selain untuk memudahkan pendakian selanjutnya, di sepanjang jalur ini tidak tersedia sumber air sehingga tidak aman bila bermalam di jalur ini.
Plawangan Sembalun adalah pos perhentian berikutnya. Disebut Plawangan karena lokasi ini dianggap sebagai “pintu” untuk memasuki kawasan Danau Segara Anak. Tempat berada di sebuah lereng besar yang mengarah ke sebuah punggungan lagi. Punggungan inilah yang menjadi “jembatan” para pendaki untuk mencapai Puncak Rinjani. Dari pos yang berada di ketinggian 2.631 meter ini, nampak danau, lereng yang berjajar dan sebagian Gunung Baru Jari, yang merupakan anak Gunung Rinjani. Karena letaknya yang strategis dan tersedianya sumber air, tempat ini pun banyak dijadikan camp (tempat bermalam) oleh para pendaki.
Jam 3.00 adalah waktu yang dipilih para pendaki untuk memulai perjalanan menuju puncak. Waktu tempuh perjalanan pun relatif lama, yakni sekitar 3 jam. Hal itu dilakukan agar ketika tiba di puncak pada pagi hari, seiring dengan momen sunrise, waktu dimana bentangan alam Rinjani yang sangat menawan bisa dijumpai. Alasan lainnya, waktu tersebut juga sangat disarankan agar terhindar dari gas beracun yang terkadang muncul pada siang atau sore hari.
Medan ke puncak Rinjani sendiri memang tidak mudah. Selain harus menaklukan tanjakan yang curam, kondisi trek juga berpasir, terutama menjelang puncak. Bisa dibayangkan, tiga langkah kaki hanya menghasilkan jarak yang sama dengan satu langkah. Tak sedikit pendaki yang frustasi oleh jalur tersebut. Akan tetapi, semua itu akan terbayar ketika kaki berhasil berdiri di daratan tertinggi Lombok itu.

Danau Cantik di Puncak Gunung
Menjelajahi kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, maka belum sah apabila melewati obyek yang satu ini. Apa lagi kalau bukan Danau Segara Anak. Nama Segara Anak diambil dari bahasa setempat yang berarti “Laut Kecil”. Untuk mencapainya, diperlukan waktu sekitar 3 jam dari Plawangan Sembalun.
Trek menuju Danau Segara Anak relatif menurun. Tapi, pada beberapa bagian, kondisinya bahkan sangat curam. Oleh sebab itu, diperlukan kewaspadaan yang tinggi saat melintasi jalur ini. Terkadang trek juga diselimuti kabut sehingga dapat mengurangi jarak pandang.
Bagi umat masyarakat suku Sasak maupun Hindu Dharma di Lombok, Danau Segara Anak dianggap memiliki nilai sakral. Danau seluas sekitar 1.100 hektar ini dipercaya sebagai tempat persemayaman Dewi Anjani, yang dipercaya sebagai penguasa tertinggi alam Gunung Rinjani.
Sampai saat ini Danau Segara Anak masih dilakukan sejumlah ritual, yang salah satunya adalah Mulang Pekelem. Ritual ini digelar untuk memohon hujan kepada Dewi Anjani. Pada ritual tersebut masyarakat memberikan persembahan berupa replika berbagai macam mahkluk air yang terbuat dari emas, yang kemudian ditenggelamkan ke danau.
Menurut literatur, Danau Segara Anak adalah danau vulkanik yang tercipta akibat letusan Rinjani yang terjadi pada zaman Plistosen (lebih dari 1,8 juta tahun yang lalu). Airnya yang jernih, menciptakan refleksi dari lereng gunung sehingga menciptakan pemandangan yang menakjubkan.
Tak heran bila danau Danau Segara Anak kemudian menjadi lokasi bermalam favorit para pendaki gunung. Bahkan, banyak pula yang tinggal selama beberapa malam di tempat ini. Sambil menikmati kemegahan alam sekitar, banyak pendaki yang mengisi waktu luang dengan memancing ikan nila, mujair atau Kerper yang hidup di danau ini.

Selain puncak Rinjani dan lereng pegunungan, pemandangan Danau Segara Anak juga diperkaya oleh Gunung Baru Jari atau yang juga sering disebut Gunung Baru (2.363 mdpl). Gunung ini menjulang beberapa puluh meter dari permukaan danau dengan 2 lubang kepundan di bagian puncaknya.
Menurut catatan, anak Rinjani ini sempat menggeliat pada tahun 1994. Gunung ini sempat memuntahkan abu hingga ke Desa Sembalun dan desa lain di kaki Rinjani. Pada 2009 hingga 2010, aktivitas Rinjani terasa lagi dan membuat kegiatan pendakian sempat ditutup.
Aktivitas Rinjani tersebut ternyata membawa berkah tersendiri, terutama bagi para pemandu gunung dan portir. Menurut Jumadil, pemandu kami, jumlah pendaki yang berkunjung kala itu justru bertambah banyak. Mereka ingin menyaksikan aktivitas anak Rinjani secara langsung dan dari jarak yang relatif dekat.
Hanya beberapa puluh meter dari camping ground di area Danau Segara Anak, terdapat sebuah spot unik yang juga selalu singgahi para wisatawan maupun para pendaki, yaitu hot spring water alias sumber mata air panas Aik Kalak.
Ada beberapa spot yang ramai dikunjungi untuk menikmati air panas ini. Apabila spot terdekat dari camping ground terasa ramai, pengunjung dapat menuju ke area berikutnya, dimana terdapat sebuah air terjun dan kolam air panas alami.
Merendam tubuh di kolam air panas yang alami tersebut akan membuat tubuh terasa rileks dan segar. Hanya saja, tidak disarankan untuk langsung melanjutkan pendakian setelah berendam. Sebab suhu tubuh akan dapat menurunkan secara drastis dan bisa membahayakan diri. Langsung mengenakan pakaian kering atau hangat dan dilanjutkan dengan beristirahat di tenda, adalah aktivitas yang sebaiknya dilakukan.
Senja Menawan di Plawangan
Puas menikmati buaian alam di sekitar Danau Segara Anak, ada satu spot lagi yang wajib dilewati, yakni Plawangan Senaru. Tempat ini berada lebih tinggi dari danau dan layaknya Plawangan Sembalun, Plawangan Senaru juga sebagai gerbang untuk menuju danau bagi mereka yang memulai pendakian dari Desa Senaru di Lombok Utara.
Rute untuk mencapai Plawangan Senaru tidak bisa dibilang mudah. Setelah menyusuri jalan di tepian danau, tanjakan akan langsung menghadang. Setidaknya diperlukan waktu 3 jam untuk mencapai Plawangan Senaru.
Plawangan Senaru adalah lokasi yang tepat untuk menyaksikan kemegahan alam Rinjani yang sesungguhnya. Dari dataran di ketinggian 2.641 meter ini bakal nampak Danau Segara Anak, Gunung Baru, Puncak Rinjani berikut lereng gunung yang berbaris dengan anggunnya.
Pada saat sunset, suasana Plawangan Senaru pun terasa magis dan banyak dinanti. Awan yang terhampar dan bayangan segitiga mungil di garis horizon yang tak lain adalah Gunung Agung di Pulau Bali menciptakan pemandangan yang sulit didapatkan di tempat lain.
Usai menyaksikan suguhan atraksi alam dari Plawangan Senaru, maka tiba waktunya untuk mengakhiri petualangan di Rinjani. Dari Plawangan, para pendaki biasanya mengarahkan perjalanannya ke arah ke Desa Senaru.
Berbeda dengan sebelumnya, perjalanan kali ini lebih menyenangkan. Ini terjadi lantaran suasana jalur pendakian yang lebih teduh karena masih banyaknya pepohonan di sepanjang jalur. Perjalanan selama 6 hingga 7 jam itu pun jadi terasa lebih ringan.
Di sekitar Desa Senaru sendiri terdapat beberapa obyek wisata alam yang banyak disinggahi oleh wisatawan Nusantara maupun mancanegara. Sebut saja air terjun Sendang Gila, air terjun Tiu Kelep serta obyek lain yang akan membuat pengalaman perjalanan ke kawasan Rinjani makin kaya dan berkesan.
Kemegahan dan segala kekayaan alam yang dimiliki Rinjani mungkin hanyalah salah satu bukti nyata akan betapa eloknya alam Lombok. Yang membanggakan, kekayaan ini bahkan telah diakui dan diburu oleh banyak wisatawan dari berbagai belahan dunia. Bagaimana dengan anda?
***
Tips Mendaki Gunung Rinjani
• Lakukan persiapan fisik beberapa minggu sebelum mendaki.
• Ikuti saran-saran yang diberikan oleh pemandu selama pendakian.
• Jagalah kebersihan jalur, camp dan sumber air.
• Jangan membawa tanaman atau satwa dari dalam kawasan TNGR. Ketika berjalan daerah yang curam, manfaatkan tangan untuk membantu dalam menjaga keseimbangan tubuh dan usahakan untuk tetap bersama kelompok.
• Memanfaatkan trekking organizer (operator wisata mendaki gunung) adalah pilihan tepat bagi anda yang ingin menikmati alam Rinjani dengan nyaman. Mereka akan memfasilitasi guide dan segala kebutuhan selama pendakian.
• Bawalah baterai cadangan untuk kamera, senter, gadget dan kartu memori tambahan untuk kamera digital agar tidak kehilangan momen indah.
Waktu Pendakian Terbaik: Bulan Agustus – Desember
***
Teks & Foto: Adi Supriyatna
*) Artikel ini pernah dipublikasikan di Batavia Air Inflight Magazine

0 comments:

Post a Comment