Sunday, January 20, 2013

Tips Naik Taksi yang Aman dan Murah

Menurut pengalaman saya, Taxi yang bagus saat ini adalah Putra, Express Taxi, Mega Kosti, dan Blue Bird. Kalau Putra, Express, dan Mega Kosti selain bagus juga murah harganya. Kalau Blue Bird agak mahal. Sekitar 1,5 kali lipat Taxi di atas.
Mengapa Putra, Express, dan Mega Kosti bagus? Karena supirnya memang diseleksi dengan ketat sehingga mertua dan orang tua mereka juga diwawancara ketika tes masuk. Sebagai imbalan, dalam waktu 4-5 tahun mobil taxi yang mereka kendarai jadi milik mereka, padahal setoran mereka di bawah taxi lainnya. Oleh karena itu supir-supirnya jadi lebih bertanggung-jawab.
Selain taksi di atas, Indah Family, Family Taxi, dan juga Primajasa yang saya naiki juga tidak neko-neko.
Memilih Taxi harus berhati-hati. Sebab banyak supir Taxi yang curang seperti memasang Argo Kuda atau memutar-mutar rute kendaraan hingga jauh dan mahal harganya.

Sebagai contoh, ada seorang supir Taxi yang mengajak saya lewat masjid Sunda Kelapa. Padahal kita dari Blok M dan ingin ke Otista III. Ini artinya kita harus melewati Otista III, kemudian setelah itu balik lagi. Untung saja saya tahu jalan dan juga seorang pria yang berwibawa sehingga bisa memaksa supir tersebut untuk lewat jalan Gatot Subroto.
Ibu dan keponakan saya, tanggal 9 Agustus 2009 kemarin dari Otista ke masjid Cut Mutia naik taksi “CEL” (nama disingkat) yang katanya tarif bawah, ternyata diputar-putar lewat Cassablanca hingga akhirnya argonya mencapai Rp 40.000. Padahal normalnya hanya Rp 25 ribu saja. Pulangnya naik Blue Bird malah lebih murah.
Adakalanya jika penumpangnya wanita, supir Taxi ini bisa memaksa. Bahkan ada yang merampok dan memperkosa penumpangnya.
Kalau anda berada di terminal bis atau stasiun KA, lebih baik anda naik angkot sejauh 2-3 km kemudian baru naik Taxi dari tempat tersebut. Sebab biasanya Taxi yang ada di terminal bis/stasiun memakai argo kuda. Sebagai contoh saya dan teman pernah naik taxi dari terminal bis Kampung Rambutan, argonya cepat sekali berubah dan tarifnya di luar kewajaran.

Berikut tips naik taksi yang aman dari Vivanews.com:
  1. Pesan taksi melalui telepon, dengan demikian ada catatan pesanan di perusahaan taksi. Nomor telpon Express Taksi: 021-57990707, Blue Bird: 7917-1234, Putra: 7817771.
  2. Pilih armada taksi yang memiliki nomor pemesanan serta layanan pengaduan. Hal ini untuk memastikan kredibilitas taksi dan mempermudah untuk melakukan pengaduan.
  3. Mencari atau memesan armada taksi langsung ke pangkalan resminya, misalnya hotel atau pusat perbelanjaan.
  4. Bila terpaksa mencari taksi di jalan, sebaiknya memilih armada taksi yang sudah dikenal. Jangan menyetop taksi hanya karena melihat warnanya saja. Lihat dengan seksama logo dan warna perusahaan.
  5. Pastikan menunggu di tempat pemberhentian yang aman, ramai dan berpenerangan baik jika menunggu taksi di malam hari. Hindari membawa barang berharga, uang dalam jumlah banyak, perhiasan, kartu ATM, laptop yang menarik orang berbuat jahat. Jika terpaksa ajaklah dua rekan Anda dalam satu taksi yang sama.
  6. Perhatikan dan catat ciri khas armada taksi, seperti nomor lambung samping, pelat nomor dan nama perusahaan.
  7. Setelah masuk, perhatikan apakah di dalam taksi terdapat ciri-ciri khas taksi pada umumnya, misalnya handle pintu, central lock, pemutar kaca jendela dan lain-lain.
  8. Pastikan foto di kartu pengenal pengemudi sama dengan wajah pengemudinya. Catat nomor lambung dan nama pengemudi. Periksa apakah stiker nomor lambung yang tertera di dalam sama dengan nomor lambung di luar.
  9. Bila naik taksi dari tempat kerja, minta petugas keamanan kantor Anda mencatat jenis dan nomor lambung taksi.
  10. Bila menyetop di jalan, informasikan kepada teman atau saudara, jenis taksi yang digunakan beserta nomor lambungnya.
  11. Bila pengemudi menjalankan taksi secara ugal-ugalan atau mengebut, harus diperingatkan atau bahkan kita adukan ke perusahaan taksi tersebut.
  12. Pada saat turun, agar memeriksa semua barang bawaan dan jangan sampai ada yang tertinggal dan terjatuh di lantai taksi. 
Sumber : infoindonesia, Dok. 

0 comments:

Post a Comment